Jodoh Online


Jodoh Online (?)

            Kriteria dan budaya dalam masyarakat Indonesia harus diakui masih mencerminkan bias gender. Kaum perempuan yang lambat mendapat jodoh selalu dinilai sebagai orang yang tidak laku, lain halnya dengan kaum laki-laki. Oleh karena kesulitannya itu, satu fenomena menarik menurut laporan Kompas 22 Desember 2002, menjelaskan bahwa kaum perempuan perkotaan kini sangat menggemari rubrik jodoh dalam beberapa media massa. Di awal era 2000- an, rubric jodoh di media massa seolah menjadi mainstream yang jamak ditemukan dan dinikmati oleh masyarakat pembaca dari berbagai kalangan. Popularitas rubrik jodoh di media massa ini seolah mampu menggeser eksistensi rubric lowongan pekerjaan yang sebelumnya (disinyalir) lebih digemari oleh masyarakat. Antusiasme masyarakat, khususnya yang masih single pun juga lumayan tinggi.
            Munculnya rubrik semacam ini sebenarnya dari pemikiran bahwa sebagian dari anggota masyarakat “mungkin“ ada yang merasa kesulitan dalam pencarian jodohnya termasuk oleh kaum perempuan. Hasil penelitian Vasantkumar (1981) di Salatiga dan Ria Atameng (1990) di Semarang, menemukan kesamaan bahwa sebagian besar setuju perkawinan antar suku, ras, golongan dan sebagainya asalkan agamanya sama, dan semua perjodohan haruslah berjalan normal, tidak melalui rubrik jodoh. Karenanya rubrik jodoh dianggap sebagai sarana untuk pencarian jodoh secara terselubung, pola ini dianggap aman bagi kaum perempuan yang tidak secara berani mengungkapkan keinginannya itu secara terbuka.
            Akan tetapi pada gilirannya, fenomena pencarian jodoh oleh perempuan melalui rubrik jodoh di media massa cetak (offline) ini bergeser menjadi pencarian jodoh melalui jejaring sosial yang sifatnya online. Hal ini sebagai dampak dari perkembangan zaman yang segala sesuatunya menjadi mengglobal dan terdigitalisasi serta serba online. Sebagai konsekuensi dari pergeseran dari masyarakat industri menjadi masyarakat informasi (information society), persoalan tentang pencarian pasangan hidup pun bergeser dengan memanfaatkan dunia maya (internet).
            Salah satu komunitas online di Indonesia yang memfasilitasi para anggotanya untuk bertemu dalam satu ruang yang sama sesuai dengan ketertarikan dan kesamaan tujuannya adalah komunitas online www.rumahtaaruf.com, yang memungkikan pengguna atau anggotanya dapat berinteraksi satu sama lain untuk menemukan pasangan yang memiliki kecocokan dengan kepribadian angotanya. Rumah taauf merupakan komunitas online yang memfokuskan para anggotaya untuk mecari pasangan dan menjalani taaruf yang sebelumnya hanya dapat dilakukan secara langsung menjadi termudahkan dengan bantuan jaringan online.
            Situs yang berdiri sejak 2001 ini memfasilitasi kaum muslim untuk menemukan jodohnya melalui ta’aruf online hingga ke jenjang pernikahan. Untuk bisa masuk dan mengakses program taaruf, pengunjung rumahtaaruf.com harus mengirimkan biodata yang disertai foto ke alamat yang tertera dalam situs tersebut sebagai syarat untuk menjadi anggota komunitas rumah taaruf. Dalam mejalani interaksi dengan calon pasangan yang juga merupakan anggota rumah taaruf yang memiliki kecocokan dengan salah satu anggota lainnya, ada beberapa tahapan komunikasi yang harus dijalani dan dipatuhi oleh para anggota komunitas online tersebut diantaranya terbagi menjadi tiga tahap yaitu tahap online, tahap mediasi dan tahap offline.
           
            Situs tersebut merupakan satu dari sekian banyaknya penyedia jasa jodoh online. Apakah ada yang tertarik untuk mencoba? Sebelum mencoba, ada baiknya untuk kita mempertimbangkan dampak positif serta negative dari mencari jodoh secara online. Yuk simak!
Dampak positif :
1.      Menambah teman baru
2.      Mendapatkan teman yang memiliki kesamaan hobi
3.      Memiliki banyak “kandidat”
4.      Menghemat waktu dan biaya
5.      Mengurangi rasa grogi saat PDKT
6.      Jika cocok, kamu akan mendapatkan jodoh, yeey
Dampak negative :
1.      Data yang ditampilkan bisa saja palsu, awas! Nanti tidak sesuai harapan dan berujung dengan kekecewaan. Oh no! wkk
2.      Bisa saja ada “status relationship” yang palsu. Misalnya saja seseorang yang sudah menikah, namun mengaku jika dia masih single.
3.      Hati-hati dengan masalah privasi jika tercantum alamat rumah, email, dsb yang bersifat informasi pribadi.
4.      Rawan tindak pelecehan seksual
5.      Rawan modus penipuan
6.      Tidak ada jaminan mendapat jodoh dengan cara online

Pendapat saya tentang jodoh online
Menurut saya pribadi, sah-sah saja jika ada yang berusaha untuk bertemu dengan jodohnya melalui dunia maya, dunia internet. Beberapa orang yang saya kenal pun bertemu dengan jodoh mereka melalui media sosial seperti facebook. Baik buruknya sesuatu pasti ada, semua kembali pada kendali diri masing-masing. Tidak semua pohon berbuah manis dan tidak pula berbuah masam secara keseluruhan. Manusia dianugerahi akal oleh Sang Pencipta, jadi mari gunakan secara bijak.


Sumber :
Downloads/17.04.785_bab1.pdf
Downloads/2547-5066-1-SM%20(1).pdf

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa itu Fungsi Logika IF? Cara menggunakan fungsi IF

Pengertian Ilmu Alamiah Dasar, Perkembangan Alam Pikiran Manusia, dan Mitos, Penalaran & Cara Memperoleh Pengetahuan

Dampak Game Online